Laptop Jadulku yang (Nyaris) Pensiun, Kisah Tentang Sebuah Perangkat yang Tak Mau Menyerah


Aku mengenalnya lima tahun lalu di sebuah lapak loak di Pasar Pon. Dengan harga setara tiga kali makan siang, ia menjadi laptop pertamaku—sebuah veteran dari tahun 2012 yang tubuhnya sudah penuh goresan dan keyboardnya kehilangan beberapa gigi.


Ciri Khas Sang Veteran





  • Boot Time 15 Menit - cukup untuk membuat secangkir kopi dan membaca satu bab novel




  • Baterai 45 Menit - lebih mirip UPS daripada laptop




  • Touchpad Egois - hanya bekerja saat mood-nya baik




  • Kipas yang Berbicara - bunyinya seperti helikopter kecil yang sedang krisis eksistensi




Ritual Pagi Kami





  1. Tekan tombol power sambil berdoa




  2. Dengarkan suara harddisk yang seperti orang tua berdeham




  3. Tunggu 5 menit sampai Windows 7-nya selesai mengumpulkan tenaga




  4. Segera colokkan charger sebelum baterai menghembuskan nafas terakhir




Keahlian Khusus





  • Bisa memanaskan tangan di musim dingin




  • Berfungsi sebagai meja kecil saat layar ditutup




  • Alarm alami ketika kipasnya berdecit kencang (tanda harus diistirahatkan)




Momen-Momen Heroik





  • Bertahan melalui 3 kali install ulang Windows




  • Menyelesaikan skripsi 100 halaman dengan save setiap 5 menit (antisipasi blue screen)




  • Menjadi satu-satunya perangkat yang bisa membuka file .doc lawas dari tahun 2008




Tanda-Tanda Pensiun





  1. USB port hanya tersisa 1 yang masih berfungsi




  2. Layar memiliki garis-garis merah muda permanen




  3. Tombol F1-F12 melakukan aksi random tanpa diminta




  4. Tiba-tiba membuka Notepad dan mengetik sendiri kata "help"




Upacara Perpisahan yang Tertunda
Setiap kali aku berniat menggantinya:





  • Tiba-tiba bisa menjalankan Photoshop CS2 (yang tidak bisa di laptop baru)




  • Dengan bangga membuka semua file lawas tanpa error




  • Menampilkan bluescreen dengan pesan "Jangan tinggalkan aku"




Epilog
Di gudang sekarang ada kotak berisi laptop gaming baru. Tapi sang veteran tetap menempati meja kerjaku. Mungkin karena di balik segala keterbatasannya, ia mengajarkanku tentang kesetiaan, kesabaran, dan seni merawat sesuatu sampai akhir hayatnya.


Atau mungkin... aku hanya menunggu ia benar-benar menghembuskan nafas terakhir sebelum memberinya pensiun layak.


Untuk Pembaca yang Memiliki 'Laptop Zombie':
Berapa lama laptop jadulmu bertahan? Ceritakan kisah heroik perangkatmu di komentar!


(P.S: Saat menyimpan artikel ini, laptopku crash 2 kali dan mengeluarkan bunyi bip panjang. Aku yakin itu tanda setuju.)


Ditulis Oleh : Teknisi Service Laptop Madiun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *